Rabu, 07 Januari 2009

Love Letter From My Girlfriend, Love Letter For My Boyfriend

Note (harap dibaca sebelum membaca cerita gw):

Buat cowok yg ngebaca cerita ini, silahkan baca Love Letter From Girlfriend dulu baru sebaliknya, sedangkan bagi cewek yg ngebaca cerita ini, silahkan baca Love Letter for My Boyfriend dulu, selamat membaca =)



Love Letter From My Girlfriend



“Huaaahhh”, aku pun menguap lebar-lebar di kursi kantin kantor itu. Entah kenapa, pandanganku terus tertuju kepada foto seorang gadis cantik yg kupegang.

“Lagi mikirin siapa vid? Ah, pasti lagi mikirin Jenny yah?”

Suara itu membuyarkan lamunanku. Dia adalah Morgan, rekan kerja ku di perusahaan desain ini. Oh iya, perkenalkan, namaku David, cukup David saja, posisiku adalah Designer sekaligus manajer divisi desain. Usiaku? Usiaku baru menginjak 24 tahun.

“Koq kamu bisa nebak gan?” Tanyaku heran

“Gampang koq menebaknya, aku sama kamu kan sudah kerja bareng hampir 5 tahun. Masa kebiasaanmu itu aku ngga hafal sih?”

“Memangnya mencolok banget ya?”

“Nggak terlalu sih, tapi…. Yah, cukup kelihatan Dave boy, hehehehehe”

Aku hanya tersenyum terpaksa, kadang Morgan terasa mengerikan bagiku, hahahaha.

“Sudahlah, jangan sampai gara-gara itu kerjamu jadi berantakan. Aku mau ke meja kerjaku dulu”

Morgan pun pergi ke meja kerjanya, di kantor ujung. Sementara aku menuju kantorku yang terletak di dekat ruangan Direktur. Ah, kebetulan sekali, yang sedang menelpon itu adalah Jenny, dan jujur aku menyukainya sejak dia bekerja pertama kali di sini, entah apa yang membuatku menyukai dirinya, tetapi yang jelas setiap kali melihatnya, hati ku berdegup kencang.

“Vid, kamu lihat fanta botol yang kutaruh di meja mu nggak??” Tanya Alvin

“Hah? Nggak tuh, aku baru saja datang.” Jawabku sambil melepas jaketku.

Tiba-tiba terlihat jelas dari mejaku kalau Jenny tampak memuntahkan sesuatu ke keranjang sampah, dan membuatku berpikir yang nggak-nggak. Jangan-jangan dia tuh sudah….. Ah, nggak mungkin, nggak mungkin itu. Itu cuma pikiran ku saja.

“Pak David, bolehkah saya meminta pendapat bapak mengenai desain baju yang akan dipamerkan di bulan September nanti?”

“Oh, boleh, kalau tak salah kamu Phanie ya? Bulan September nanti desain milikmu juga akan dipamerkan…” jawabku.

Setelah melihat rancangan-rancangan dari Phanie, aku pun memberikan komentar.

“Di bagian ini, bordirannya dikurangi, lalu…..”

Hanya sedikit yang kukomentari, Phanie memang berbakat dalam hal desain mendesain baju, tak salah Pak Fernando merekrut dia.

“Oh iya pak, kalau tak salah rancangan bapak juga termasuk dalam fashion show yang akan dipamerkan di bulan Januari tahun depan kan?” Tanya Phanie

“Ah, itu hanya Iseng saja koq, lagipula aku hanya berharap semua orang menyukai rancangan ku itu” jawabku sambil tertawa kecil.

“Kalau begitu, saya permisi dulu pak”

Saat Phanie pergi, tiba-tiba Hp ku berbunyi, ternyata SMS dari Jenny. Tapi anehnya isi dari SMS itu hanya berbunyi, “tes tes, 1,2,3. Cm nyoba sms aja koq, lg error apa nggak”. Hal ini membuatku bertanya-tanya dalam hati, apakah Jenny memang cemburu atau ia memang sedang mencoba SMS saja? Ah wanita memang susah dimengerti pikirku.

“Jenny, Pak Fernando meminta kamu untuk mencari buku-buku data untuk rapat minggu depan” ucap Miu.

“Oh ok, sebentar lagi aku akan pergi ke perpustakaan kok” jawab Jenny.

“Kalau begitu, biar kutemani Jen, aku juga mau mencari data di perpustakaan.” Ucapku.

Ini adalah suatu kesempatan yang jarang ada pikirku. Tapi, aku malah diam saja di perjalanan menuju perpustakaan.

“Eng… Kamu tadi nyoba SMS ya? Memangnya operator kamu sedang error?” tanyaku memecahkan suasana tersebut.

“Oh, Cuma iseng nyoba saja koq” jawab Jenny datar.

Waduh, omonganku pun jadi nggak karuan, dan aku terlihat bodoh di depannya. Di perpustakaan, banyak sekali data yang harus diambil, mana bukunya besar-besar lagi. Waduh, beratnya.

“Berat ya?” Tanya Jenny

“Oh, nggak kok, nggak terlalu berat” jawabku memaksakan diri

Memang buku itu tebalnya minta ampun, totalnya ada 6 buku, dan terasa berat, tapi demi Jenny aku sih ok ok saja.

“Buku ini aku taruh dimana? Langsung kubawa saja ke Pak Fernando?” tanyaku

“Ah, taruh saja di mejaku dulu, lagipula aku mau baca-baca sebentar.” Jawab Jenny.

Saat aku kembali ke mejaku. Tiba-tiba Ardi menunjukkan gambar kepadaku.

“Hei Vid, nih gambarmu yang kamu minta warnai.” Ucapnya enteng

Dengan secepat kilat, langsung aku langsung menyambar gambar itu dan menyembunyikannya.

“Wew, apa-apaan sih kamu Vid?” Tanya Ardi

Dengan wajah marah, kutunjukan jari telunjukku menuju bibir lalu ke arah Jenny secara sembunyi-sembunyi. Ardi yang mengerti maksudku langsung tertawa-tawa kecil. Dalam hati, aku hanya berpikir nyaris saja Jenny tahu.

“Teman-teman, aku pulang dulu ya, ada urusan mendadak nih, sampai jumpa lagi hari Senin”

Tiba-tiba Jenny pun ngeloyor pergi. Aku sempat berpikir, jangan-jangan dia melihatnya tadi, gambar gaun yang kurancang dengan dirinya sebagai model, ah, Aku harus memberikan penjelasan kepada Jenny. Saat aku bermaksud mengejar Jenny.

“David! Ke ruangan saya sebentar” Perintah Pak Fernando

“Eh, ngg, iya, baik pak” jawabku sambil terus melihat Jenny yang menghilang dari pintu kantor.

“David! Cepat sedikit, kita tidak mempunyai banyak waktu, waktu adalah uang!”

“Baik pak” jawabku sambil memasuki ruangan Pak Fernando.

Entah berapa lama waktu yang kuhabiskan di ruangan Pak Fernando, saat aku keluar ruangan, Kantor sudah agak gelap dan jam di dinding sudah menunjukkan pukul 18.50, aku hanya bisa bersandar di kursi milikku. Akhirnya aku tidak perlu mendengar lagi ocehan dari Pak Fernando. Tapi bagaimana cara menjelaskannya kepada Jenny sewaktu hari Senin yah? Duh bingung rasanya. Saat kubereskan arsip-arsip dokumen, tiba-tiba mata ku tertuju kepada surat kecil yang terjatuh dari dokumen tersebut. Saat kubuka surat itu, kaget rasanya melihat surat itu.

Aku segera melihat jam, sudah pukul 19.05, sudah lewat dua jam lebih. Isi surat itu adalah Aku menunggumu di pintu belakang pukul 17.00, with love, Jenny. Aku segera berlari menuju pintu belakang, dalam kepalaku seluruh perasaan bercampur menjadi satu, bagaimana kalau Jenny marah, bagaimana kalau dia sudah pulang dan berpikir aku nggak suka sama dia, pokoknya macam-macam.

Setibanya di pintu belakang, aku segera mencari-cari Jenny yang tidak ada disana, sambil terus berlari kesana kemari bak kesurupan. Lelah plus cape, aku pun bersandar sebentar. Entah kenapa baru terpikirkan olehku untuk menelponnya. Sialnya, Hp Jenny tidak aktif, lemas rasanya aku.

“David, kamu kemana saja? Kenapa kamu datang terlambat? Kamu tahu ini jam berapa?”

Ternyata Jenny yang menghampiriku. Aku berusaha menjelaskan dengan bercampur rasa lelah dan kaget.

“Maaf…. Tadi aku… tidak tahu kalau ada surat… aku mau menjelaskannya ke kamu…. “

Nafasku putus-putus sama seperti kalimatku.

“Sudahlah” ucap Jenny sambil tersenyum simpul. “Aku tahu kok, kamu tidak perlu menjelaskannya lagi.”

“Kamu nggak marah?” tanyaku heran.

“Marah? Memangnya apa hakku marah kepada mu? Lagipula, dengan melihatmu berlari kebingungan dan kelelahan itu, sudah menjawab semuanya kok.”

“Maksudmu? Kamu tahu semuanya kenapa aku terlambat?” tanyaku bingung

Jenny hanya mengangguk sambil tersenyum. Lalu menarik tanganku.

“Ayo kita ambil jaketmu itu lalu kita pergi”

Sebenarnya, aku tidak mengerti mengapa Jenny hanya tersenyum, apakah ia tahu benar alasan aku datang terlambat? Atau menutupi kekesalannya karena aku datang terlambat? Terkadang wanita memang sulit dimengerti, tapi pada hari itu, kami resmi pacaran.





Love Letter For My Boyfriend


Selesai, ucapku dalam hati. Aku pun melipat surat itu dan menyelipkannya di dokumen yang ada di meja David. Diriku hanya bisa tersenyum sendiri memikirkan David membaca surat itu. Aku pun cepat-cepat beranjak dari meja David. Tapi pandangan ku tertuju pada Fanta Botol yang tersisa sedikit di meja nya. Ini pasti milik David pikirku yang langsung meminumnya. Tidak apa-apa deh, kayak ciuman nggak langsung, hahahahaha.

Perkenalkan, namaku Jenny, dan aku bekerja di suatu perusahaan desain, dan aku sedang jatuh cinta mungkin, hahahahaha, seperti lagunya Maya & Friends, ingat kamu. Istirahat siang sudah berakhir dan orang yang kutunggu-tunggu pun kembali masuk. Itu loh, yang ganteng itu, dia bernama David, manajer divisi desain tempatku bekerja. Orangnya baik, supel dan ganteng, rasanya hati ini berdebar-debar kalau mengingat dia. Tiba-tiba telpon di meja ku berdering dan membuatku kembali fokus kepada pekerjaan.

“David, kamu lihat Fanta botol yang kutaruh di meja mu tidak??” Tanya Alvin.

“Hah? Nggak tuh, aku nggak lihat sama sekali” jawab David

Aku yang selesai dengan customer di telpon langsung kaget mendengarnya, Ya ampun jadi fanta botol itu bukannya punya David tapi punya Alvin? Spontan aku langsung meludah ke keranjang sampah seperti ingin memuntahkan kembali fanta itu. Aduh, lain kali harus lihat-lihat dulu deh kalau ingin menyambar makanan. Rasanya perutku mual sekali kalau memikirkan hal tadi. Tapi tidak apa-apa deh, yang penting surat itu sudah ada di meja David.

Eh, siapa tuh? Phanie? Mau apa dia ngobrol sama David? Waduh, ada yang tidak beres nih. Aku pun segera mengambil Hp dan kukirim SMS iseng untuk mengganggu mereka. Nah, dengan begitu pasti Phanie akan segera pergi. Ops, tiba-tiba David melihat kearahku, aku pun langsung pura-pura sibuk dengan memainkan pulpen di tanganku.

Jenny, Pak Fernando meminta kamu untuk mencari buku-buku data untuk rapat minggu depan” ucap Miu.

“Oh ok, sebentar lagi aku akan pergi ke perpustakaan kok” jawab Jenny.

Ops, hampir saja aku lupa kalau Pak Fernando memintaku untuk mencari dokumen-dokumen data untuk rapat minggu depan. Langsung saja aku beranjak dari kursiku untuk pergi ke perpustakaan. Kalau David memang suka sama aku, pasti dia memanfaatkan kesempatan ini deh.

“Kalau begitu, biar kutemani Jen, aku juga mau mencari data di perpustakaan.”

Bingo, ternyata dugaanku tidak meleset, hehehe.

“Eng… Kamu tadi nyoba SMS ya? Memangnya operator kamu sedang error?” Tanya David memecahkan suasana.

“Oh, Cuma iseng nyoba saja koq” jawabku datar.

Hehehe, walaupun omongannya kaku, tapi ia berusaha memecahkan suasana dan memulai pembicaraan.

“Ok deh, buku yang diminta Pak Fernando sudah lengkap semua, yuk kita kembali” ucapku

Aku sedikit merasa kasihan juga melihat David membawa buku yang tebal sebanyak itu.

“Berat ya?” tanyaku

“Oh, nggak kok, nggak terlalu berat” jawab David.

Aku merasa heran, kenapa semua laki-laki itu nggak pernah jujur dan berusaha menutupi kelemahannya di depan perempuan? Padahal sudah jelas buku-buku itu berat banget, tapi masih saja mengatakan kalau tidak berat.

“Buku ini aku taruh dimana? Langsung kubawa saja ke Pak Fernando?” Tanya David

“Ah, taruh saja di mejaku dulu, lagipula aku mau baca-baca sebentar.” Jawabku

Lagipula, aku tidak mau merepotkan David lagi, kasihan dia.

““Hei Vid, nih gambarmu yang kamu minta warnai.” Sahut Ardi kepada David

David tampak marah dan salah tingkah, lalu Ardi pun pergi sambil tertawa kecil. Aku sungguh penasaran dengan gambar yang tadi, apakah itu gambarku atau hanya mirip? Tapi sekilas aku melihat diriku yang digambar oleh David. Ah sudahlah, yang penting sekarang aku harus bersiap-siap, sudah pukul 16.15.

“Teman-teman, aku pulang dulu ya, ada urusan mendadak nih, sampai jumpa lagi hari Senin” ucapku.

Aku berharap David membaca suratku itu, lagipula setiap ia mau pulang, pasti ia akan membereskan dokumen-dokumen yang ada di mejanya.

“Ci Jenny!!”

Panggilan itu membuatku menengok sewaktu keluar dari kantor.

“Ci, bagaimana kabar cici? Aku baru saja tiba di Jakarta nih”

“Wah tumben kamu datang menjenguk cici mu ini? Pasti ada urusan yang sangat penting ya?” tanyaku sambil bercanda.

Anak ini adalah adik perempuanku, namanya Rie, dia kuliah di suatu Universitas ternama di Jepang.

“Iya ci, sebenarnya, aku ada sedikit masalah, dan aku rasa Cuma cici yang bisa bantu aku. Kok cici bisa tahu sih?” Tanya Rie

“Iyalah, kalau masalah yang amat penting baru kamu datang menemui aku. Memangnya aku tidak tahu? Kamu sedang ada masalah apa sih?” tanyaku sambil mengajak Rie ke restoran di depan kantorku.

“Begini ci, ada 2 orang cowo yang naksir aku, yang satu adalah Riccy, cici udah tahu kan Riccy seperti apa, lalu satu lagi bernama Kobayashi yang asli berasal dari Jepang. Suasananya menjadi panas sekali, dan aku jadi bingung harus bagaimana. Menurut cici yang sudah pernah pacaran, aku harus bagimana ci?”

Rasanya kasihan juga melihat anak perempuan yang manis dan polos seperti Rie harus pusing memikirkan cinta, tapi begitulah hidup, it`s life.

“Kamu harus jujur sama hati dan perasaan kamu dong, kalau benar mereka mencintai dirimu, mereka pasti akan peduli kepada dirimu melebihi diri mereka sendiri. Lalu tinggal kamu putuskan siapa yang terbaik menurut kamu” Jawabku sambil menyedot teh botol yang kupesan. “ tapi ingat, kamu tidak boleh mendua! Ingat itu baik-baik!”

Setelah beberapa menit kami bercakap-cakap, Rie pun pulang ke rumah. Dan aku bersiap-siap untuk menunggu David di pintu belakang. Dengarkan perasaanmu sendiri maka kamu akan tahu siapa sebenarnya yang kamu sukai, percayakan pada perasaanmu. Kata-kata itu memang sering kuucapkan kepada teman-temanku dan orang-orang yang curhat kepadaku, tapi tak pernah kuterapkan terhada diriku sendiri, maka kali ini aku berusaha menerapkannya.

Duh, jam tanganku sudah menunjukkan pukul 18.30 nih, David belum juga muncul. Coba ku cek dulu deh, siapa tahu dia tidak melihat surat itu. Aduh sial benar, batere Hp ku habis lagi. Segala pikiran macam-macam pun muncul di pikiranku, apa mungkin dia ada urusan mendadak ya? Atau jangan-jangan dia tidak bisa menghubungiku? ATAU, jangan-jangan dia ternyata sudah pacaran sama Phanie?

Ah, think positif, siapa tahu dia tidak melihat surat itu dan langsung pulang. Saat aku bangkit dari tempatku duduk, aku melihat David yang sedang bersandar di dinding, nafasnya tersengal-sengal, seolah habis lari dikejar anjing. Kenapa dia bisa terengah-engah seperti itu ya? Apa dia sedang mencariku?

“David, kamu kemana saja? Kenapa kamu datang terlambat? Kamu tahu ini jam berapa?” tanyaku sambil menghampiri dirinya.

“Maaf…. Tadi aku… tidak tahu kalau ada surat… aku mau menjelaskannya ke kamu…. “ jawab David dengan terputus-putus

Sudahlah” ucapku sambil tersenyum simpul. “Aku tahu kok, kamu tidak perlu menjelaskannya lagi.”

“Kamu nggak marah?” Tanya David

“Marah? Memangnya apa hakku marah kepada mu? Lagipula, dengan melihatmu berlari kebingungan dan kelelahan itu, sudah menjawab semuanya kok.” Jawabku

Ya, aku tahu David baru saja membaca surat itu, dan ia berusaha mencari diriku. Sayangnya batere Hpku habis jadi ia tidak bisa menghubungi ku.

“Maksudmu? Kamu tahu semuanya kenapa aku terlambat?” Tanya David bingung

Aku hanya mengangguk pelan sambil tersenyum.

“Ayo, kita ambil jaketmu itu lalu kita pergi”

Laki-laki selalu saja berusaha memperbaiki kesalahan mereka dengan segala usaha apapun. Apalagi menyangkut urusan dengan wanita yang ia sukai. Bahkan mereka terkadang rela melakukan hal apapun dan memberikan perhatian kepada wanita yang mereka sukai. Sejak hari itu, kami berdua pun resmi pacaran, dan aku ingin hubunganku dengan David terus berlanjut sampai kami menikah dan memiliki cucu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar